harga

Harga Minyak Dunia Naik 1% Fakta Penting di Balik Ketegangan Dagang AS–China

Harga minyak global naik 1% setelah menyentuh level terendah dalam lima bulan karena meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Simak lima faktor utama yang memengaruhi lonjakan harga minyak dunia.

Harga minyak dunia kembali menguat pada perdagangan Senin (13/10), naik sekitar 1 persen setelah sebelumnya anjlok ke level terendah dalam lima bulan. Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, dua negara ekonomi terbesar di dunia yang terus terlibat dalam perang tarif dan pembatasan ekspor.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik 87 sen atau 1,39 persen menjadi US$63,60 per barel, setelah melemah 3,82 persen pada Jumat (10/10). Sementara itu, minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat menguat 87 sen atau 1,48 persen, menutup perdagangan di US$59,77 per barel setelah merosot 4,24 persen di sesi sebelumnya.

Kenaikan ini menunjukkan pasar mulai menimbang kembali risiko pasokan energi global dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia di tengah gejolak geopolitik yang memanas.

Ketegangan Dagang AS–China Kembali Memanas

Perselisihan perdagangan antara AS dan China kembali meningkat setelah Beijing memperluas pembatasan ekspor logam tanah jarang, bahan vital dalam industri teknologi tinggi seperti semikonduktor dan mobil listrik.

Sebagai respons, Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan 100 persen terhadap impor China mulai 1 November. Ancaman ini memperburuk kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global yang dapat menekan permintaan energi.

Namun, di sisi lain, ketegangan ini juga menimbulkan spekulasi kenaikan harga minyak karena investor mengantisipasi gangguan pasokan dan berkurangnya investasi di sektor energi.

Harapan Pasar pada Pertemuan di KTT APEC

Kedua negara dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT APEC di Korea Selatan akhir bulan ini. Perwakilan Dagang AS Jamison Greer menyebut peluang pertemuan tingkat tinggi antara Washington dan Beijing masih terbuka.

Pasar berharap dialog diplomatik tersebut dapat mencairkan hubungan dagang dan menghindari eskalasi tarif tambahan. Jika terjadi kesepakatan sementara, langkah ini bisa memulihkan kepercayaan investor, menstabilkan harga minyak, dan memperbaiki outlook komoditas global.

Analisis Goldman Sachs: Pasar Menunggu Kepastian

Dalam riset terbarunya, Goldman Sachs menilai bahwa pasar saat ini berada pada fase menunggu kejelasan. Para pelaku pasar ingin melihat apakah ancaman tarif baru dari kedua negara benar-benar akan diberlakukan, atau hanya menjadi taktik negosiasi menjelang pembicaraan bilateral.

Bank investasi tersebut memperkirakan skenario paling mungkin adalah kedua pihak menahan diri dari kebijakan ekstrem dan memperpanjang masa tenang yang disepakati pada Mei lalu.

Namun, Goldman juga memperingatkan bahwa risiko eskalasi tetap tinggi, yang dapat memicu volatilitas harga minyak dalam jangka pendek. Pasar energi masih sangat sensitif terhadap setiap perkembangan kebijakan perdagangan global.

Risiko Pasokan Global Dorong Kenaikan Harga

Selain faktor geopolitik, kenaikan harga minyak juga dipicu oleh kekhawatiran terhadap pasokan global. Pembatasan ekspor dari Rusia serta penurunan produksi di beberapa anggota OPEC+ mendorong pasar bersikap lebih hati-hati.

Investor memperkirakan, jika ketegangan AS–China berlanjut, maka permintaan energi bisa melemah, tetapi produksi juga kemungkinan ikut turun. Hal ini dapat menciptakan kondisi pasokan yang lebih ketat, terutama menjelang musim dingin di belahan bumi utara.

Beberapa negara pengimpor besar seperti India, Korea Selatan, dan Jepang bahkan mulai memanfaatkan harga minyak yang sempat turun untuk menambah cadangan energi nasional mereka.

Tekanan Sebelumnya dan Peluang Rebound Harga

Sebelum mengalami kenaikan pada 13 Oktober, harga minyak sempat jatuh tajam selama dua pekan berturut-turut. Tekanan besar terjadi pada Maret dan April ketika tensi perdagangan mencapai puncaknya.

Pada saat itu, permintaan global merosot karena aktivitas industri dan logistik melambat. Namun kini, pasar mulai memperkirakan pemulihan konsumsi energi, terutama karena musim dingin akan meningkatkan permintaan bahan bakar pemanas.

Para analis juga menilai bahwa harga minyak berpotensi rebound menuju kisaran US$65–67 per barel jika ketegangan dagang mereda dan tidak ada kebijakan tarif baru yang diterapkan.

Pasar Minyak Masih Labil

Kenaikan sekitar 1 persen pada awal pekan ini menjadi sinyal bahwa investor mulai menyesuaikan diri terhadap dinamika baru dalam hubungan dagang global. Namun, banyak pihak memperingatkan bahwa harga minyak masih akan berfluktuasi tajam dalam beberapa pekan ke depan.

Jika perundingan di KTT APEC menghasilkan kesepakatan positif, pasar energi bisa mengalami stabilisasi. Tetapi bila sebaliknya, tarif tambahan dan pembatasan ekspor baru akan menekan harga minyak mentah di bawah US$60 per barel lagi.

Untuk saat ini, pelaku pasar disarankan terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS–China, laporan stok minyak AS, dan data inflasi global, yang akan menjadi penentu arah harga minyak dunia dalam waktu dekat.

Previous Post Next Post

One thought on “Harga Minyak Dunia Naik 1% Fakta Penting di Balik Ketegangan Dagang AS–China

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *