ihsg

IHSG Tertekan Usai BI Pertahankan Suku Bunga di 4,75%, Sektor Keuangan dan Teknologi Jadi Penekan Utama

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,04% ke 8.152,55 setelah Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan di 4,75%. Sektor keuangan dan teknologi menjadi pemberat utama, sementara investor menanti arah kebijakan moneter berikutnya.

Blue Chip Tekanan Terbesar, Sektor Keuangan dan Teknologi Melemah

JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu (22/10/2025), setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Oktober. Keputusan tersebut memicu aksi ambil untung di sejumlah saham unggulan dan menekan kinerja pasar saham domestik.

Pada akhir sesi perdagangan, IHSG turun 1,04% atau 85,53 poin ke posisi 8.152,55. Tekanan jual meluas di hampir seluruh sektor, mencerminkan kehati-hatian investor terhadap arah kebijakan moneter ke depan.

Sebanyak 321 saham menguat, 349 melemah, dan 139 stagnan. Nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat cukup ramai, mencapai Rp23,02 triliun, dengan volume perdagangan 29,56 miliar saham melalui lebih dari 2,44 juta kali transaksi.

Koreksi IHSG hari ini terutama dipicu oleh pelemahan pada saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip), yang sebelumnya sempat menjadi motor penguatan indeks.

Sektor keuangan, barang baku, dan teknologi mencatat penurunan paling dalam. Saham-saham perbankan besar kompak terkoreksi, dengan BBCA (Bank Central Asia) anjlok lebih dari 3%, memberikan kontribusi negatif 19,71 poin terhadap penurunan IHSG.

Selain BBCA, saham bank besar lain seperti BBRI, BMRI, dan BBNI juga bergerak di zona merah. Tekanan ini menandakan bahwa pelaku pasar mulai melakukan reposisi portofolio pasca keputusan BI yang dinilai lebih hawkish dari ekspektasi sebagian pelaku pasar.

Sementara itu, sektor properti dan industri menjadi satu-satunya penopang indeks yang masih mampu mencatatkan penguatan terbatas, didorong oleh optimisme terhadap potensi permintaan properti menjelang akhir tahun.

Bank Indonesia Tahan BI-Rate di 4,75%

Dalam konferensi pers usai RDG, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa bank sentral memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap di 3,75% dan Lending Facility di 5,50%.

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21–22 Oktober 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 4,75%, sejalan dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan nilai tukar rupiah,” ujar Perry.

Keputusan ini sejalan dengan pendekatan hati-hati BI dalam menyeimbangkan antara stabilitas harga dan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Perry juga menegaskan bahwa kebijakan moneter ke depan akan tetap data-dependent, menyesuaikan dengan dinamika inflasi dan nilai tukar.

Pasar Kecewa, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Gagal Terpenuhi

Hasil keputusan RDG kali ini tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasi pasar. Berdasarkan konsensus 13 lembaga keuangan yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, sebanyak 9 lembaga memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga ke level 4,50%, sementara hanya 4 lembaga yang memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level saat ini.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga sebelumnya muncul karena inflasi domestik yang mulai melandai dan stabilitas rupiah yang cukup terjaga dalam dua bulan terakhir. Namun, BI memilih untuk menunggu konfirmasi lanjutan terkait arah inflasi global dan potensi kebijakan moneter baru dari Federal Reserve (The Fed).

Keputusan ini, meskipun dinilai tepat oleh sebagian ekonom, membuat pelaku pasar ekuitas mengambil sikap defensif, memicu aksi jual terutama di sektor keuangan yang paling sensitif terhadap perubahan suku bunga.

Sentimen Lain Masih Bayangi IHSG

Selain keputusan BI, pelaku pasar juga mencermati perkembangan global, termasuk ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS dan perlambatan ekonomi di Tiongkok.

Investor juga menantikan laporan keuangan kuartal ketiga (Q3) dari sejumlah emiten besar, yang akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah pasar menjelang akhir Oktober.

“Dengan BI yang tetap menahan suku bunga, pasar saham Indonesia kemungkinan akan bergerak sideways dalam jangka pendek. Namun, potensi rebound bisa muncul bila ada sinyal pelonggaran moneter pada RDG bulan depan,” ujar analis Panin Sekuritas, Andreas Wijaya, dalam riset harian.

Selain itu, investor asing mencatatkan net sell tipis pada perdagangan hari ini, menandakan bahwa tekanan masih didominasi oleh pelaku pasar domestik yang melakukan aksi ambil untung.

Outlook IHSG ke Depan: Tekanan Masih Ada, Peluang Rebound Terbuka

Secara teknikal, analis memprediksi IHSG masih berpotensi bergerak dalam rentang konsolidasi jangka pendek di kisaran 8.100–8.250, dengan support kuat di 8.050.

Jika tekanan jual berlanjut, peluang penurunan ke area psikologis 8.000 tetap terbuka. Namun, potensi rebound bisa muncul bila sentimen eksternal membaik, khususnya dari arah kebijakan moneter global yang mulai melunak.

Sementara itu, sektor-sektor defensif seperti consumer goods, properti, dan telekomunikasi dinilai memiliki ketahanan lebih baik di tengah fluktuasi pasar.

“Investor sebaiknya tetap selektif memilih saham dengan fundamental kuat dan valuasi menarik, sambil menunggu kejelasan arah kebijakan moneter berikutnya,” saran analis dari Samuel Sekuritas.

Pelemahan IHSG pasca keputusan BI menahan suku bunga menunjukkan sensitivitas tinggi pasar terhadap kebijakan moneter domestik. Meskipun stabilitas makroekonomi Indonesia masih terjaga, investor jangka pendek tampaknya memilih mengamankan keuntungan di tengah ketidakpastian arah kebijakan global.

Dengan BI yang mempertahankan pendekatan berhati-hati, pasar kini menantikan tanda-tanda baru apakah bank sentral akan mulai melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat — langkah yang dapat menjadi katalis positif bagi IHSG untuk kembali menembus level 8.200.

Previous Post Next Post

One thought on “IHSG Tertekan Usai BI Pertahankan Suku Bunga di 4,75%, Sektor Keuangan dan Teknologi Jadi Penekan Utama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *