Rupiah Melemah ke Rp16.676 per Dolar AS, Tertekan Penguatan Greenback dan Sentimen Suku Bunga BI
- Team
- 1
- Posted on
Nilai tukar rupiah ditutup melemah ke Rp16.676 per dolar AS pada Senin (3/11), terbebani penguatan dolar dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. Data perdagangan yang solid belum cukup menahan tekanan terhadap mata uang Garuda.
Mata Uang Asia Bergerak Variatif
JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (3/11/2025). Berdasarkan data pasar spot, rupiah ditutup di level Rp16.676 per dolar AS, melemah 45 poin atau sekitar 0,27 persen dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan pelemahan serupa, menempatkan rupiah di posisi Rp16.664 per dolar AS.
Pergerakan rupiah ini mencerminkan tekanan berlanjut di pasar valas domestik, seiring penguatan dolar global yang masih solid di tengah ekspektasi perubahan arah kebijakan moneter AS dan potensi pelonggaran suku bunga oleh BI dalam waktu dekat.
Kondisi pelemahan rupiah tidak terjadi secara tunggal. Sejumlah mata uang Asia lainnya juga menunjukkan pergerakan campuran di tengah fluktuasi global.
-
Peso Filipina melemah 0,09 persen,
-
Yen Jepang turun 0,10 persen,
-
Ringgit Malaysia justru naik 0,11 persen,
-
Dolar Singapura terkoreksi tipis 0,05 persen,
-
Won Korea Selatan menguat 0,12 persen,
-
dan Baht Thailand turun 0,22 persen.
Di sisi lain, mata uang utama dari negara maju pun bergerak tidak seragam. Euro stagnan, Franc Swiss turun 0,12 persen, Dolar Australia naik 0,11 persen, sementara Dolar Kanada terkoreksi 0,05 persen.
Kondisi ini menandakan pasar global masih mencari arah yang jelas di tengah dinamika kebijakan bank sentral utama dunia dan pergerakan imbal hasil obligasi AS yang tetap tinggi.
Analis: Dolar AS Menguat, Rupiah Tertekan Sentimen BI
Menurut analis dari Doo Financial Futures, tekanan terhadap rupiah utamanya disebabkan oleh penguatan dolar AS serta ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga BI dalam beberapa bulan mendatang.
“Rupiah melemah terhadap dolar AS karena terbebani oleh penguatan dolar dan prospek pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia,” jelas analis tersebut dalam keterangan resmi, Senin (3/11/2025).
Sementara itu, data perdagangan Indonesia bulan September 2025 yang dirilis siang tadi menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan pasar. Namun, data positif tersebut belum cukup menopang nilai tukar rupiah, mengingat faktor eksternal masih mendominasi sentimen.
“Data perdagangan memang solid, tetapi penguatan dolar yang terjadi secara global masih menjadi faktor utama yang menekan rupiah,” lanjutnya.
Dolar AS Kembali Menguat di Tengah Ketidakpastian The Fed
Dolar AS tetap perkasa terhadap hampir seluruh mata uang utama dunia. Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, masih bergerak dekat level tertinggi tiga bulan.
Sentimen positif terhadap dolar muncul setelah pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan belum ada keputusan pasti mengenai pemangkasan suku bunga pada Desember. Hal ini membuat pasar mengoreksi ekspektasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan lebih agresif.
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun bertahan di atas 4,3%, memperkuat daya tarik aset berbasis dolar bagi investor global.
“Dolar cenderung mempertahankan penguatan karena pasar menilai The Fed masih perlu menjaga sikap hati-hati terhadap inflasi,” ujar seorang ekonom pasar uang di Singapura.
Faktor Domestik: Prospek BI Rate Jadi Sorotan
Dari sisi domestik, pelaku pasar kini menantikan sinyal lebih lanjut dari Bank Indonesia terkait arah kebijakan suku bunga. Sejumlah ekonom memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) pada akhir tahun untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan global.
Namun, langkah tersebut juga bisa memberikan tekanan tambahan pada rupiah, mengingat selisih imbal hasil antara aset rupiah dan dolar bisa semakin sempit.
“BI berada dalam posisi yang cukup dilematis — di satu sisi perlu menjaga stabilitas rupiah, namun di sisi lain juga harus memastikan ekonomi tetap tumbuh,” ujar analis Doo Financial Futures.
Data Perdagangan Indonesia Masih Solid
Secara fundamental, ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan. Neraca perdagangan mencatat surplus berkelanjutan selama lebih dari 40 bulan berturut-turut, didukung ekspor komoditas unggulan seperti batu bara, minyak sawit (CPO), dan logam dasar.
Surplus perdagangan September 2025 mencapai lebih dari US$4 miliar, melampaui perkiraan pasar. Namun, efek positifnya belum mampu menahan tekanan jangka pendek di pasar valas yang lebih dipengaruhi sentimen global.
“Kinerja perdagangan tetap kuat, tetapi rupiah saat ini lebih dipengaruhi oleh arus modal dan sentimen global ketimbang faktor domestik,” ujar seorang ekonom senior di Jakarta.
Prospek Rupiah ke Depan
Dalam jangka pendek, pergerakan rupiah diperkirakan masih akan berada di bawah tekanan, terutama jika dolar AS melanjutkan tren penguatannya. Meski demikian, peluang rebound tetap terbuka apabila sentimen global mulai membaik dan The Fed memberikan sinyal kebijakan yang lebih akomodatif.
Secara teknikal, Rp16.700–Rp16.750 menjadi area resistensi kuat, sementara support terdekat berada di sekitar Rp16.600 per dolar AS.
Para analis menilai, intervensi aktif dari Bank Indonesia di pasar valas dan langkah stabilisasi moneter akan tetap menjadi faktor kunci dalam menjaga volatilitas rupiah.
“Selama BI konsisten menjaga stabilitas dan cadangan devisa tetap kuat, pelemahan rupiah kemungkinan masih bersifat sementara,” tutur analis tersebut.
Pelemahan rupiah ke level Rp16.676 per dolar AS pada Senin sore mencerminkan tekanan eksternal yang kuat dari penguatan dolar dan perubahan ekspektasi suku bunga global. Meskipun data perdagangan Indonesia menunjukkan hasil positif, faktor eksternal masih menjadi penggerak utama pasar.
Dalam waktu dekat, fokus investor akan tertuju pada arah kebijakan Bank Indonesia dan dinamika The Fed, dua faktor yang akan menentukan arah rupiah menuju akhir tahun.

One thought on “Rupiah Melemah ke Rp16.676 per Dolar AS, Tertekan Penguatan Greenback dan Sentimen Suku Bunga BI”