dolar

Dolar Australia Tertekan Pasca Keputusan RBA, Investor Tunggu Sinyal dari Bank Sentral Global

Dolar Australia melemah setelah Reserve Bank of Australia (RBA) mempertahankan suku bunga di 3,6%. Investor kini menantikan komentar dari pejabat bank sentral utama dunia di tengah gejolak pasar global dan penguatan Dolar AS.

Valas Hari Ini: Dolar Australia Melemah Pasca Keputusan RBA, Fokus Beralih ke Komentar Bank Sentral Dunia

Pasar valuta asing (valas) pada hari Selasa, 4 November 2025, bergerak dinamis dengan Dolar Australia (AUD) menjadi sorotan utama setelah keputusan kebijakan moneter Reserve Bank of Australia (RBA). Mata uang Negeri Kanguru tersebut melemah signifikan terhadap Dolar AS, seiring investor global mencerna arah kebijakan suku bunga yang diumumkan oleh bank sentral tersebut.

RBA Tahan Suku Bunga, AUD Tetap Tertekan

Dalam pertemuan kebijakan terbarunya, RBA memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,6%, sesuai ekspektasi pasar. Dalam pernyataan resminya, bank sentral menyebut bahwa tekanan inflasi di Australia diperkirakan akan terus menurun secara bertahap. Inflasi trimmed mean diproyeksikan mencapai 3,2% hingga pertengahan 2026, sebelum melandai ke 2,7% pada akhir 2026 dan 2,6% pada 2027.

Meski inflasi menunjukkan tren moderat, Gubernur RBA Michele Bullock menegaskan bahwa pihaknya belum mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Ia menambahkan, “Masih menjadi pertanyaan terbuka apakah akan ada ruang pelonggaran kebijakan lebih lanjut, tergantung pada arah inflasi dan kondisi ekonomi global.”

Namun, pernyataan itu gagal memberikan dukungan bagi Dolar Australia. AUD/USD melemah hingga mendekati 0,6500, turun lebih dari 0,4% di sesi perdagangan Eropa. Tekanan jual meningkat karena pelaku pasar menilai nada kebijakan RBA masih condong hati-hati (dovish), di tengah perlambatan ekonomi domestik dan pelemahan permintaan global.

Dolar AS Kembali Menguat Didukung Data Ekonomi

Sementara itu, Dolar AS (USD) melanjutkan penguatannya ke level tertinggi sejak Agustus 2025. Penguatan ini terjadi setelah rilis data Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM yang menunjukkan sedikit pelemahan aktivitas manufaktur AS.

Data PMI Oktober turun ke 48,7 dari 49,1 pada September, menandakan kontraksi yang masih berlanjut. Namun, Indeks Ketenagakerjaan naik menjadi 46 dari 45,3, sementara Indeks Harga turun menjadi 58 dari 61,9, menunjukkan tekanan harga yang mulai berkurang.

Kombinasi data ini menimbulkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menahan suku bunga lebih lama sebelum mempertimbangkan penurunan. Akibatnya, Indeks Dolar AS sempat menembus level 100,00, meski kemudian terkoreksi tipis ke 99,70 pada perdagangan sesi Asia.

Euro dan Pound Sterling di Bawah Tekanan

Pasangan EUR/USD juga melemah, sempat menembus level 1,1500, terendah dalam tiga bulan terakhir. Pelemahan Euro terjadi menjelang pidato Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde dan anggota dewan Joachim Nagel, yang dijadwalkan berbicara pada sesi malam waktu Eropa.

Investor menantikan petunjuk apakah ECB akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama untuk menekan inflasi kawasan Euro, yang masih di atas target 2%.

Sementara itu, Pound Sterling (GBP) juga berada di bawah tekanan, dengan GBP/USD diperdagangkan di bawah 1,3150. Ketidakpastian meningkat menjelang keputusan Bank of England (BoE) pada hari Kamis. Pasar memperkirakan BoE akan mempertahankan suku bunga, namun nada pernyataan kebijakan akan menjadi kunci arah pergerakan selanjutnya.

Yen Jepang Menguat Tipis, Fokus pada Pernyataan BoJ

Dari Asia, Yen Jepang (JPY) menunjukkan sedikit penguatan setelah komentar dari Perdana Menteri Sanae Takaichi, yang menyebut bahwa Jepang masih “setengah jalan” dalam mencapai target inflasi berkelanjutan Bank of Japan (BoJ).

Pernyataan tersebut memunculkan spekulasi bahwa BoJ akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya untuk beberapa waktu ke depan. USD/JPY turun ke bawah 153,50, melemah lebih dari 0,5% secara harian di sesi Eropa.

Harga Emas Tertekan, Pasar Hindari Risiko

Sementara itu, harga emas (XAU/USD) bergerak sedikit melemah di bawah US$4.000 per troy ounce, karena penguatan Dolar AS menekan daya tarik aset safe haven tersebut.

Meski sentimen pasar menunjukkan kecenderungan “risk-off” akibat ketidakpastian global, investor tampaknya memilih menunggu katalis baru seperti laporan inflasi AS dan data ketenagakerjaan yang akan dirilis akhir pekan ini.

Pasar Tunggu Komentar Bank Sentral Dunia

Secara keseluruhan, pasar valuta asing hari ini didominasi oleh kewaspadaan dan kehati-hatian investor. Keputusan RBA yang sesuai ekspektasi gagal memberikan dukungan bagi Dolar Australia, sementara Dolar AS tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter global.

Pelaku pasar kini menanti komentar dari para pejabat ECB, BoE, dan BoJ, yang akan menjadi penentu arah pergerakan mata uang utama dalam beberapa hari ke depan. Dengan inflasi yang masih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat di banyak negara, bank sentral menghadapi dilema antara menjaga stabilitas harga dan mencegah perlambatan ekonomi yang lebih tajam.

Previous Post Next Post

One thought on “Dolar Australia Tertekan Pasca Keputusan RBA, Investor Tunggu Sinyal dari Bank Sentral Global

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *