cadangan

AS Akan Isi Kembali Cadangan Minyak Strategis, Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Ancaman Surplus Pasokan

Harga minyak global naik tipis setelah Amerika Serikat mengumumkan rencana pembelian untuk mengisi kembali cadangan minyak strategis (SPR). Meski ada sinyal permintaan tambahan, pasar masih menghadapi tekanan dari potensi surplus pasokan global.

AS Bersiap Isi Kembali Cadangan Minyak Strategis (SPR)

JAKARTA — Harga minyak dunia ditutup lebih tinggi pada perdagangan Selasa (21/10/2025) setelah Amerika Serikat mengumumkan rencana pembelian minyak untuk mengisi kembali cadangan strategisnya (Strategic Petroleum Reserve/SPR). Namun, analis memperingatkan bahwa ruang kenaikan harga masih terbatas karena pasar global tengah menghadapi ancaman surplus pasokan.

Menurut data yang dikutip dari laporan harian ING, harga minyak mentah Brent naik 0,51% menjadi sekitar US$61 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat tipis.

Analis komoditas ING, Ewa Manthey dan Warren Patterson, menilai bahwa kenaikan harga ini lebih disebabkan oleh sentimen jangka pendek daripada perubahan fundamental yang signifikan. “Skala surplus pasokan di pasar saat ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan kemungkinan akan terbatas. Kami memperkirakan harga minyak akan cenderung melemah dalam beberapa bulan mendatang,” tulis keduanya dalam catatan riset.

Pemerintah Amerika Serikat melalui Departemen Energi (DoE) mengumumkan akan membeli 1 juta barel minyak mentah untuk pengiriman pada Desember dan Januari mendatang. Langkah ini diambil untuk mengisi kembali cadangan minyak strategis nasional (SPR) yang sempat terkuras akibat kebijakan pelepasan besar-besaran selama masa ketegangan energi global pada 2022–2023.

Cadangan minyak strategis AS saat ini berada di 408 juta barel, naik dari titik terendah 347 juta barel pada tahun 2023, namun masih jauh di bawah level 656 juta barel yang tercatat pada 2020 sebelum pandemi COVID-19 dan krisis energi global.

Menurut DoE, pembelian kali ini akan memanfaatkan harga minyak yang relatif rendah di pasar global, sekaligus memastikan keamanan energi jangka panjang di tengah ketidakpastian geopolitik.

Langkah ini juga dipandang sebagai sinyal dukungan terhadap pasar minyak domestik, memberikan permintaan tambahan yang dapat membantu menahan penurunan harga lebih lanjut.

Data Persediaan AS Dukung Sentimen Positif

Sementara itu, laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan signifikan pada stok minyak mentah AS sebesar 3 juta barel dalam sepekan terakhir. Di pusat penyimpanan utama Cushing, Oklahoma, stok turun 400 ribu barel.

Penurunan juga terlihat pada produk olahan: stok bensin berkurang 200 ribu barel, dan distilat turun 1 juta barel. Data ini menunjukkan permintaan energi yang tetap kuat meskipun kondisi ekonomi global melambat, sekaligus memberikan dukungan bagi harga minyak dalam jangka pendek.

Namun, analis tetap berhati-hati. “Persediaan yang menurun membantu menopang harga saat ini, tetapi tekanan dari pasokan global yang berlebih masih akan menjadi faktor penentu utama dalam jangka menengah,” tulis ING dalam laporan mereka.

Geopolitik: Pembatalan KTT Trump–Putin Guncang Pasar

Pasar minyak juga merespons perkembangan geopolitik terbaru setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan KTT dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang sebelumnya diharapkan menjadi momentum untuk menciptakan terobosan damai dalam konflik Rusia–Ukraina.

Pembatalan tersebut “mengikis harapan akan tercapainya kesepakatan damai,” tulis para analis ING. Hal ini menambah ketidakpastian di pasar energi, karena Rusia masih menjadi salah satu pemasok minyak terbesar dunia meskipun terkena sanksi ekonomi Barat.

Analis memperkirakan, tanpa jalur diplomatik yang jelas, ketegangan Rusia–Ukraina berpotensi memperpanjang gangguan rantai pasok energi global dan mempengaruhi arah harga minyak di kuartal IV 2025.

Pasar Masih Bayangi Risiko Surplus Global

Meskipun terdapat sejumlah faktor yang menopang harga minyak dalam jangka pendek, analis ING memperingatkan bahwa risiko surplus pasokan global tetap tinggi. Produksi minyak AS masih berada di rekor tertinggi sepanjang sejarah, sementara OPEC+ tetap berkomitmen melanjutkan peningkatan pasokan secara bertahap sesuai rencana.

“Kombinasi produksi tinggi dan permintaan global yang melambat menjadi ancaman nyata bagi stabilitas harga,” tulis Manthey dan Patterson. “Jika kondisi ini berlanjut, harga Brent bisa kembali turun di bawah US$60 per barel dalam beberapa bulan ke depan.”

Faktor tambahan yang dapat memperburuk keseimbangan pasar adalah perlambatan ekonomi di Tiongkok dan Eropa, yang mengurangi permintaan terhadap energi industri dan transportasi.

Pandangan Ke Depan: Tekanan Masih Mengintai

Para pelaku pasar kini menunggu data resmi Energy Information Administration (EIA) AS yang akan dirilis pekan ini untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut mengenai tren persediaan. Jika data menunjukkan kenaikan stok, tekanan terhadap harga minyak bisa meningkat kembali.

Sementara itu, langkah AS untuk mengisi kembali SPR dinilai positif bagi keamanan energi jangka panjang, tetapi tidak cukup kuat untuk membalikkan tren bearish global yang telah terbentuk sejak pertengahan tahun.

“Pembelian pemerintah memang dapat menstabilkan harga sementara, tetapi untuk mempertahankan kenaikan yang berkelanjutan, pasar memerlukan tanda-tanda pengetatan pasokan yang nyata,” ujar Manthey.

Kenaikan harga minyak saat ini lebih bersifat teknis dan sementara. Dengan surplus pasokan yang masih besar dan ketidakpastian geopolitik yang meningkat, investor disarankan tetap berhati-hati.

Meski kebijakan pembelian minyak oleh AS memberikan sedikit dorongan optimisme, arah harga ke depan masih sangat bergantung pada keseimbangan antara pasokan global dan permintaan energi dunia yang belum sepenuhnya pulih.

Previous Post Next Post

One thought on “AS Akan Isi Kembali Cadangan Minyak Strategis, Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Ancaman Surplus Pasokan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *