usd

Rupee India Tertekan, USD/INR Menguat Dekati Rekor Tertinggi Saat Dolar AS Melonjak

USD/INR diperdagangkan menguat mendekati rekor tertinggi di 89,10 seiring Dolar AS terus reli di tengah menurunnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Rupee India melemah meski tekanan arus keluar modal mulai mereda.

Aliran Dana Asing Masih Negatif, Tapi Tekanan Mulai Mereda

Nilai tukar Rupee India (INR) kembali melemah terhadap Dolar AS (USD) di awal pekan ini, seiring penguatan Greenback di pasar global. Pasangan mata uang USD/INR dibuka mendatar namun tetap kuat di sekitar 88,95, mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua minggu pada perdagangan Senin (3/11/2025).

Penguatan USD/INR ini memperpanjang tren kenaikan selama enam hari berturut-turut, menunjukkan bahwa tekanan terhadap Rupee India masih berlanjut. Melemahnya Rupee sebagian besar dipicu oleh penjualan bersih oleh Foreign Institutional Investors (FII) di pasar ekuitas India, serta penguatan Dolar AS akibat memudarnya ekspektasi pasar terhadap kebijakan dovish dari Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data terbaru, arus keluar asing dari pasar saham India pada Oktober 2025 mencapai Rs. 2.346,89 crore. Meski FII masih tercatat sebagai penjual bersih selama empat bulan berturut-turut, laju penjualan mereka menunjukkan tanda-tanda melambat.

Untuk perbandingan, rata-rata penjualan bersih asing dalam periode Juli–September mencapai sekitar Rs. 43.290,32 crore, jauh lebih besar dibandingkan Oktober. Penurunan tekanan ini mengindikasikan bahwa investor luar negeri mulai menahan diri dari aksi jual agresif, menunggu kejelasan lebih lanjut dari kebijakan global dan perkembangan hubungan dagang antara India dan Amerika Serikat.

Proses negosiasi perdagangan antara kedua negara disebut telah mencapai tahap akhir, meski belum menghasilkan kesepakatan resmi. Keterlambatan kesepakatan ini turut menahan optimisme investor terhadap pasar India.

RBI Waspadai Tekanan Nilai Tukar, Siap Intervensi Jika Diperlukan

Seiring USD/INR mendekati level tertinggi sepanjang masa di 89,12, perhatian kini tertuju pada langkah Reserve Bank of India (RBI). Menurut laporan Reuters, otoritas moneter India kemungkinan akan melakukan intervensi apabila volatilitas pasar meningkat tajam.

Langkah intervensi dapat dilakukan dengan menjual cadangan devisa untuk menahan pelemahan Rupee lebih lanjut, terutama jika USD menembus level psikologis penting.

Kebijakan The Fed Jadi Katalis Utama Penguatan Dolar AS

Dolar AS menunjukkan performa solid setelah pengumuman kebijakan moneter terbaru oleh The Fed pekan lalu. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, naik mendekati level tertinggi tiga bulan di 99,85.

Dalam keputusan kebijakan Rabu lalu, The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,75%–4,00%, menandai pemotongan kedua secara berturut-turut. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember belum pasti.

“Kami belum membuat keputusan tentang Desember. Pandangan di internal sangat beragam,” ujar Powell, dikutip dari Bloomberg.

Pernyataan ini langsung mengubah sentimen pasar. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada Desember turun dari 91,7% menjadi 69,3%. Artinya, sebagian besar pelaku pasar kini memperkirakan The Fed akan bersikap lebih berhati-hati terhadap inflasi.

Pejabat The Fed Berbeda Pandangan Soal Arah Kebijakan

Beberapa anggota Federal Open Market Committee (FOMC) menyampaikan pandangan yang kontras pasca keputusan tersebut. Presiden The Fed Cleveland, Beth Hammack, menilai kebijakan saat ini sudah mendekati tingkat netral dan masih perlu mempertahankan tekanan terhadap inflasi.

“Kami perlu mempertahankan beberapa tingkat pembatasan untuk membantu menurunkan inflasi kembali ke target 2%,” ujarnya kepada Reuters.

Sementara itu, Gubernur The Fed Christopher Waller justru memberikan pandangan lebih dovish. Dalam wawancaranya dengan Fox Business Network, Waller menyebut bahwa penurunan suku bunga lebih lanjut mungkin dibutuhkan, terutama karena risiko pelemahan pasar tenaga kerja.

“Kekhawatiran terbesar kami saat ini adalah kondisi pasar tenaga kerja. Kami percaya tekanan harga akan menurun,” ungkapnya.

Perbedaan pandangan ini mencerminkan ketidakpastian arah kebijakan moneter AS ke depan—faktor yang membuat volatilitas di pasar mata uang tetap tinggi.

Analisis Teknis: USD/INR Masih dalam Tren Bullish

Secara teknikal, pasangan USD/INR masih menunjukkan tren bullish dalam jangka pendek. Harga diperdagangkan di atas Exponential Moving Average (EMA) 20 hari, yang saat ini berada di sekitar 88,54, menunjukkan momentum positif masih kuat.

Relative Strength Index (RSI) 14-hari juga menembus di atas level 60,00, menandakan peningkatan kekuatan beli. Selama RSI bertahan di atas level tersebut, momentum kenaikan diperkirakan akan berlanjut.

Di sisi bawah, support terdekat terlihat di sekitar 87,07, yaitu level terendah pada 21 Agustus. Sementara di sisi atas, resistance utama terletak di rekor 89,12. Jika USD/INR mampu menembus level ini, peluang menuju 89,50–90,00 terbuka lebar.

Rupee India Rentan, Dolar AS Tetap Perkasa

Kombinasi antara penguatan Dolar AS, ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat, serta tekanan arus keluar modal membuat Rupee India tetap dalam posisi lemah terhadap USD.

Meski aliran keluar asing mulai mereda, ketidakpastian global dan potensi intervensi RBI akan tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan mata uang India dalam jangka pendek.

Selama The Fed belum memberikan sinyal jelas terkait arah suku bunga Desember, USD/INR kemungkinan tetap diperdagangkan kuat di kisaran tinggi—dengan target teknikal berikutnya mengarah ke level psikologis 90,00.

Previous Post Next Post

One thought on “Rupee India Tertekan, USD/INR Menguat Dekati Rekor Tertinggi Saat Dolar AS Melonjak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *